Matius 6:19-21,
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Kebanyakan dari kita mengerti apa yang kita golongkan sebagai harta duniawi. Yang termasuk dalam daftar harta duniawi adalah mobil, kapal, pakaian, rekening bank, permata, portfolio, dan sebagainya.
Dalam Kitab Suci Yesus memperingatkan kita agar kita melindungi hati kita agar tidak mencintai segala hal itu, segala yang kelihatannya begitu nyata, begitu abadi, begitu konkret, tetapi dalam kenyataannya dapat lenyap dengan begitu cepat. Sungguh, semua harta itu bisa ada hari ini dan besok lenyap.
Kematian adalah penyeimbang yang luar biasa, penyama rata yang setia. Ada makam-makam kuno yag ditemukan di Timur Tengah. Makam-makam itu ditemukan dilengkapi dengan makanan dan perabotan, juga budak-budak. Namun, semua yang dikuburkan itu tetap di tempat itu, terkubur dalam pasir selama ribuan tahun, tidak berbuat apa-apa untuk orang yang seumur hidupnya mengumpulkan semua itu.
Portfolio saham kita selalu berisiko besar terhadap naik turunnya pasar, perang, dan desas-desus perang, ekonomi bangsa, dan dunia ekonomi tempat kita berinvestasi. Tubuh kita yang sehat dan pikiran kita yang mungkin tampak tajam, besok bisa hancur oleh penyakit atau kecelakaan.
Kita berinvestasi dimana kita peduli. Jika kita menginvestasikan uang kita pada Allah, maka kita akan memiliki minat terhadap majunya pelayanan gereja setempat kita dan akan berdoa agar Kerajaan Allah bertambah luas secara lokal maupun global.
Perhatikan, dalam kutipan Matius 6, Yesus tidak mengatakan agar kita tidak memiliki apa-apa, tidak menikmati apa-apa, atau harta adalah dosa. Kristus berkata kepada kita agar tidak terikat pada hal-hal itu. Jadilah saluran, bukan bendungan. Masalahnya bukan apa yang kita miliki, melainkan apa yang memiliki kita. Jika Anda memusatkan hidup Anda pada benda-benda, jika hidup Anda berdasarkan harta milik, Anda pasti kecewa.
Jangan dasarkan hidup, masa depan, kesejahteraan, atau kebahagiaan Anda atas hal-hal yang sudah Anda kumpulkan. Sebaliknya, diri Anda harus didasari harta yang sejati, harta yang nilainya abadi.
Perhatikanlah apa yang mewarnai Kitab Matius itu (Matius 6:19-21). Tampaknya hal tersebut tidak seperti saran, tetapi lebih merupakan perintah yang jelas dan biasa. Bukan rahasia bahwa orang kaya membuat banyak orang tertarik kepadanya. Sementara ia memiliki uang, semua orang mau mendekat kepadanya. Andaikan kekayaannya hilang, teman-temannya hilang juga. Tidak banyak berbeda dengan aktris, penyanyi atau musikus yang cantik, muda, dan berbakat. Ketika kecantikan mereka pudar, atau bakatnya berkurang, dunia ini akan mencari yang lain lagi untuk dikagumi.
Sumber : Disadur dari: Buku Biblical Principles for Becoming Debt Free! (Frank Damazio&Rich; Brott)